Header Ads


 

Inilah 3 Syarat Yang di Minta Penunggu Danau Toba

SIMALUNGUN - Pasca pencarian bangkai KM Sinar Bangun dan ratusan korban yang belum dapat ditemukan hingga saat ini, tiba-tiba seorang wanita ada yang kesurupan (dimasuki arwah/sahala- red) penghuni Danau Toba. Minggu (24/6/) kemarin.

Ironisnya, penghuni Danau Toba itu merasuki wanita bermarga boru Simanungkalit untuk menyampaikan 3 pesan larangan. Arwah/sahala itu mengaku marga Silalahi dan kemudian Boru Malau.

Mendengar keterangan arwah itu, beberapa warga yang ada di sekitar wanita tersebut mencoba melakukan komunikasi dengan menayai bagaimana caranya mencari para korban tenggelammnya KM Sinar Bangun.
Istimewanya/net.
Melalui mediatornya, arwah/sahala Silalahi menyebutkan agar terlebih dahulu permintaan para penunggu di Danau Toba dikabulkan.

"Pangidoan nami i jo pasiat hamu. Beha do partinaonan hamu akka manisia i? Boha do? Maniak do pusu-pusu muna i….????? Songon i do tung hami (Permintaan kami itu dulu kalian kabulkan. Bagaimanya penderitaan kalian manusia itu? Sakitnya hati kalian….?? Begitu juga nya kami-red),” sebut arwah tersebut. “Tarilu ilu do hami, di akka pambahenan manisia i (menangisnya kami atas perbuatan para manusia itu-red)," sambung si arwah.
Istimewanya/net.
Setelah ditanyakan, arwah tersebut menyampaikan ada 3 larangan yang harus dipatuhi, agar korban tenggelamnya KM Sinar Bangun ditemukan. Antara lain disebutkan, keramba ikan jangan ada lagi di Danau Toba.  “Lao marulaon hami, dang adong be inganan nami. Isian manisia i nama. I duru inganan manisia, nang di binanga pe inganan manisia. I dia nama hami..? Dang di parukkal hamu (Tidak ada lagi tempat kami berpesta, semuanya ditempati manusia. Di luar ditempati manusia, begitu juga di sungai. Dimana lah kami? Tidak kalian perdulikan lagi kami-red,” ucapnya.
Istimewanya/net.
Yang kedua, café dan wanita yang berpakaian seksi jangan dibuat dekat pantai, yang langsung terlihat dari danau. “Dibahen dorpi (dibuat dinding yang tinggi sebagai pembatas agar tidak terlihat dari danau),” ucapnya. Dan yang ke tiga adalah, dilarang membuang air kotoran dari rumah langsung ke danau. “Jae- jaehan nasian jabu, dang boi dibahen tu tao (kotoran dari rumah tak bisa dibuang ke danau-red),” jelasnya lagi.

“Molo boi, di pasiat. Molo dang, sahat tu andigan dang dipasiat hamu. Buaton nami dope sakenti nai, na umbolon i. Satonga bittang nai na lao ro (Kalau bisa sipenuhi, permintaan dikabulkan. Kalau tidak, sampai kapan pun permintaan kalian tak akan kami penuhi. Akan kami ambil lagi yang lebih besar dari itu, setengah dari bintang, pada watu yang akan datang-red0,” jelas arwah marga Silalahi tersebut.
Istimewanya/net.
Lanjut arwah Silalahi tersebut menyampaikan, jika permintaan mereka sudah dipenuhi, hal itu supaya disampaikan kepada para petinggi negara ini. Karena menurutnya, para petinggi negara ini lah yang membuat kawasan Danau Toba tercemar. “Molo dung di pasiat, marbarita jo tu akka na timbo i. Natimbo i do mambahen songon i. Dung i, disomba ma hami dohot uning-uningan. Jadi, songon i ma sahat na. Na tarilu ilu do akka manusia i. Jadi, i ma ellekku (Kalau permintaan kami sudah dipenuhi, kalian sampaikan kabar ini kepada para petinggi negara ini. Karena para petinggi itu nya yang membuat situasi ini. Setelah itu, disembahlah kami lewat musik tradisional. Begitulah akhirnya. Yang menangis nya kami lihat manusia itu. Itu lah permohonan kami-red),” ucapnya.

“Pasiat hamu pangidoan nami, asa hu patudu (Lakukan permintaan kami, agar ku tunjukkan para korban dan kapal KM Sinar Bangun),” sebut arwah Silalahi melalui boru Simanungkalit.
Tidak berapa lama kemudian, setelah makan sirih, boru Simanungkalit tersebut kembali dimasuki arwah lainnya, boru Malau. “Nga tangis Hamu..? (Sudah menangis kalian..?),” ucap boru Malau yang kemudian tertawa berulang-ulang.

“Disulu pe, dang tarida. Di sulu pe, dang tarida. Mabolus solu, dang tarida. Hu hunduli do. Hassit ni pusu-pusu nami i, dang boi dope malum. Ikkon tarilu-ilu manisia i (Diterangi pun, tidak kelihatan. Diterangi pun, tak kelihatan. Lewat perahu, tak kelihatan. Ku duduki nya. Sakit hati kami, belum bisa sembuh. Harus menangis manusi itu-red),” ucap boru malau.
“Mar hehe nauli ma hamu, siat pangidoan nami (Bergegaslah kalian, penuhi permintaan kami-red),” terangnya. Tak berapa lama kemudian, boru Simanungkalit terlihat menggelepar-gelepar, dan kemudian siuman. (Sumber Siantarnews.com).

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar